![]() |
| Foto Ketua PWI Malang Cahyono (kiri) bersama peneliti Sygma Institut, sumber Jatim Update |
detikterkini.id --Malang — Jejak sejarah koperasi di Kota Malang kembali mencuat setelah Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Malang Raya menemukan fakta bahwa koperasi era Hindia Belanda bernama Koperasi Tumapel masih meninggalkan bangunan fisiknya hingga kini. Penelusuran itu mengungkap bahwa Malang pernah memiliki pusat gerakan koperasi berskala besar yang menaungi puluhan koperasi primer.
Temuan ini disampaikan Ketua PWI Malang Raya, Cahyono, setelah melakukan penelusuran arsip dan buku “10 Tahun (1930–1940) Koperasi” karya RM Margono Djojohadikusumo, salah satu tokoh penting koperasi Indonesia.
“Koperasi Tumapel menjadi success story dalam perjalanan koperasi di Malang. Ini bukti bahwa Kota Malang pernah memiliki ekosistem koperasi yang kuat dan maju, bahkan sejak era kolonial,” ujar Cahyono.
Pusat Koperasi Sekunder di Era 1930-an
Dalam literatur yang ditemukan, Koperasi Tumapel disebut sebagai koperasi sekunder yang menjadi payung bagi 56 koperasi primer. Pada masa itu, koperasi di Malang tidak hanya menjadi wadah ekonomi masyarakat, tetapi juga pusat pendidikan pengelolaan koperasi.
Penelusuran lebih jauh dilakukan oleh Sygma Research and Consulting (SRC). Lembaga ini meneliti kembali dokumentasi dan arsip koperasi zaman Hindia Belanda, yang kemudian menguatkan posisi Koperasi Tumapel sebagai salah satu pusat gerakan koperasi yang berpengaruh di Jawa Timur.
Bangunan Lama Masih Berdiri
Salah satu temuan menarik adalah keberadaan bangunan yang dulu menjadi kantor resmi Koperasi Tumapel. Lokasinya masih berdiri kokoh dan kini digunakan sebagai kantor ATR/BPN Kabupaten Malang.
“Bangunan itu tercatat jelas dalam dokumen dan foto lama. Kami cek ke lapangan, dan ternyata masih asli secara struktur. Ini warisan penting bagi sejarah ekonomi Malang,” kata Cahyono.
Dorongan Menghidupkan Kembali Semangat Koperasi
Temuan jejak historis tersebut mendorong PWI Malang Raya memperkuat dukungan terhadap gerakan koperasi modern, termasuk pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDMP/KKMP) sebagai model tata kelola ekonomi masyarakat di masa kini.
PWI juga mengajak para wartawan untuk menjadi bagian dari ekosistem koperasi melalui penguatan literasi ekonomi dan pemberitaan yang konstruktif.
“Kalau dulu Malang bisa punya koperasi besar yang menjadi rujukan, sekarang pun kita bisa membangun kembali semangat itu. Media harus ikut mendorong,” ujar Cahyono.
Warisan yang Perlu Dirawat
Sejarah Koperasi Tumapel menjadi pengingat bahwa gerakan koperasi pernah memiliki fondasi kuat di Malang. Dengan bangunan yang masih berdiri dan dokumentasi yang lengkap, warisan ini dinilai penting untuk dilestarikan sebagai bagian dari identitas ekonomi dan sosial kota.





